hak-hak demokratiknya, dengan pasti akan dikalahkan oleh kekuatan demokratik
yang bersatu padu. “Jatuhnya” (minggir-nya, lebih tepat!) rejim Soeharto
dalam Revolusi Mei yang belum selesai itu, oleh mahasiswa, menjadi bukti
nyata. Demikian pula Perang Vietnam yang telah menunggang-langgangkan
pasukan Aamerika Serikat yang dikenal paling canggih baik perlatan maupun
kualitas serdadunya.
Ada baiknya kita semua mengetahui sejauh mana pasukan baret merah yang
pernah dipimpin oleh Prabowo Subianto, the golden boy, sang menantu Soeharto
ini. Paling tidak kita menjadi tahu hal-hal yang seharusnya diketahui oleh
rakyat yang telah membanting tulang meneteskan keringat membiayai sebuah
pasukan elit yang justru telah dijadikan alat untuk menindas mereka sendiri.
Motto : BERANI — BENAR — BERHASIL
Kilasan Sejarah Kopassus dibentuk oleh Kolonel E Kawilarang yang waktu menjabat
Sebagai Panglima TT III / Tentara Teritorium Siliwangi. Ia memanggil seorang
bekas tentara KNIL yang memilih menjadi WNI, ketika terjadi perang DI/TII,
namanya Mayor Ijon Jambi (orang Belanda, Nama aslinya RB Visser).
Kopassus diresmikan oleh AH Nasution pada waktu itu dan hanya 6 bulan berada
dibawah TT III Siliwangi sebelum akhirnya dimabil alih oleh AD. Baretnyapun
berwarna merah, karena memang mengambil alih konsep pasukan Belanda “roode
baret”. Mengenai warna baret ini perlu kita ketahui bersama bahwa seluruh
pasukan khusus di dunia menggunakan warna hijau, sedangkan pasukan “airborne/
lintas udara” nya berwarna merah. Tapi di Indonesia terbalik, justru pasukan
khususnya yang menggunakan baret warna merah.
Struktur Organisasi saat ini Kopassus terdiri atas 5 Grup (istilah grup hanya
dipakai oleh Special Forces dibeberapa negara didunia, sedangkan tentara pada
umumnya menggunakan istilah Batalyon, Detasemen, Brigade dan Divisi). Setiap
Grup dipimpin oleh seorang Pamen berpangkat Kolonel. Dari prajurit sampai
dengan Kolonel adalah tentara yang profesional dan terlatih terus, baik
secara fisik maupun mental. Jadi jangan dibayangkan bahwa semakin tinggi
pangkat atau tua usia seorang prajurit Kopassus itu akan jadi lamban seperti
tentara pada umumnya. Sangat sulit menemukan anggota ABRI yang pensiun di
Kopassus, karena begitu fisiknya tidak memadai, Ia akan langsung mutasi ke
Satuan lainnya.
Grup ini baru dimekarkan oleh Letjen Prabowo beberapa bulan lalu, sehubungan
dengan AGHT (Ancaman, Gangguan, Hamabatan dan Tantangan) yang ada di depan
kita di masa mendatang. Diperkirakan tidak akan ada perang dalam skala besar
tapi justru skala kecil intensitas tinggi (terorisme, penculikan dll).
Sebagai mana
layaknya Pasukan Khusus didunia, maka Kopassus dibentuk untuk menghadapi
perang dalam skala kecil tapi berintensitas tinggi, seperti terorisme.
Grup 3 berlokasi di Batujajar, Jabar (dekat Cimahi) dan merupakan
Pusdikpasus (pusat Pendidikan Kopassus). Tempat latihannya berada disekitar
Bandung sampai dengan Cilacap. Group 1 – 3 bekualifikasi PARA KOMANDO (semua
anggotanya harus
Mengikuti latihan terjun payung dasar/tempur )
Grup 4 disebut Sandhy Yudha dan berlokasi di Cijantung Jakarta, merupakan
orang pilihan dari 3 grup pertama yang dilatih kembali menjadi
berkualifikasi Intelejen Tempur, dengan tugas menghancurkan lawan digaris
belakang pertahanan lawan (penyusupan).
Mereka adalah tentara profesional yang dalam pergerakannya dalam bentuk Unit
(istilah dalam Special Forces, dalam tentara biasa disebut Regu, Peleton
atau Kompi) berjumlah sekitar 5 orang. Dalam masa damai seperti saat ini,
mereka mendapat tugas Intelejen Teritorial, misalnya mengetahui
karakteristik demografi suatu daerah, pendukung dana yang bisa dimanfaatkan,
tokoh-tokoh masyarakat, preman-preman dll.
(Sebagai informasi saja, bahwa sejak bulan Juni 1997, Kopassus mengirimkan
team kecilnya keseluruh kota-kota besar di Indonesia dengan tugas RAHASIA,
karena ABRI yang lainpun tidak mengetahui dengan pasti apa tugas mereka. Di
beberapa lokasi / Kodam, tentara lokalnya bahkan tersinggung karena
seolah-olah dianggap tidak mampu me manage daerahnya. Mereka ditarik kembali
ke Jakarta pada bulan Januari 1998).
Kehebatan lain Grup ini adalah pola perilaku dan penampilannya yang sama sekali
tidak mirip tentara . Misalnya cara bicara tidak patah-patah, rambut
panjang, tidak pernah menghormat atasan atau yang pangkatnya lebih tinggi
bila bertemu di luar Ksatrian mereka. Jadi sangat jauh dengan gaya Serse
Polisi atau Intel Kodim dll. yang kadangkala justru menunjukkan kalau
dirinya Intel. Mereka tidak ngantor setiap hari dan sangat jarang pakai
seragam, hanya pada saat tertentu saja mereka kembali ke kantor (misalnya 2
minggu sekali untuk laporan atau mendapat tugas baru). Jadi pada prinsipnya
mereka sangat aktif berkecimpung dalam kehidupan masyarakat biasa misalnya
di RT/RW, Perkumpulan Terjun Payung, Jeep Club dll. (terutama bagi mereka
yang tidak tinggal di Ksatrian). Group ini
sangat profesional dalam penyamarannya dan juga sudah mendapatkan pendidikan
Perang Kota dari Green Beret US Army. Di Timor Timur, Aceh dan Irian (3 hot
spot di Indonesia yang sering digunakan sebagai ajang latihan juga) mereka
menyusup sampai ke kampung -kampung dan membentuk basis perlawanan terhadap
GPK dari masyarakat lokal sendiri. Oleh karenanya kemampuan menggalang massa
nya sangat terlatih.
Grup 5 (atau yang dikenal sebagai Detasemen 81, karena keberhasilannya dalam
peristiwa pembajakan pesawat di Don Muang, Muangthai tahun 1981) adalah orang
pilihan dari Group 4 dan merupakan yang terbaik yang dimiliki Kopassus.
Mereka memiliki Ksatrian tersendiri di Cijantung dan terisolir.
Klasifikasinya adalah ANTI TERORIS dan akan selalu mengikuti perjalanan
kenegaraan Presiden. Pengetahuan orang bahkan ABRI sendiri tentang Grup ini
sangat minim, karena mereka sangat terisolir dan rahasia. Sebuah sumber
mengatakan bahwa mereka mengikuti pola GSG 9 Jerman (Pasukan elite polisi
Jerman, yang berhasil dalam pembebasan sandera di Kedutaan besar Jerman di
Iran). Mengingat Prabowo adalah satu-satunya Perwira Indonesia yang pernah
lulus dalam pendidikan anti teroris di GSG 9.
Namun demikian saat ini mereka sudah mulai mencampurkan pola latihannya
sehubungan dengan banyaknya perwira yang dilatih oleh Green Berets US Army
(misalnya Mayjen Syafrie Syamsudin). Peralatan yang mereka miliki sangat
canggih dan tidak ada bedanya dengan satuan elite tentara lainnya di dunia.
LATIHAN
Jadi pendidikan awal seorang Kopassus adalah mengambil kualifikasi KOMANDO
yang harus dijalani sekitar 6 bulan. Materi latihan meliputi Perang Hutan,
Buru Senyap, Survival (dilakukan di daerah Situ Lembang dilanjutkan dengan
long march ke Cilacap untuk latihan rawa laut, survival laut, pendaratan
pantai dll.
Selain itu juga mereka harus mengambil pendidikan PARA DASAR Tempur dengan
materi yang meliputi terjun malam, terjun tempur bersenjata dan diterjunkan di
Hutan (membawa senjata, ransel, payung utama dan payung cadangan).
Dalam semua latihannya mereka akan menggunakan peluru tajam, oleh karenanya
tidaklah heran bila hampir dalam setiap latihan selalu ada siswa yang
meninggal dunia karena berbagai sebab (kelelahan, kecelakaan dll).
Standard yang dipakai di Kopassus sangat amat ketat, bagi yang fisiknya
kurang mampu atau mentalnya lemah, jangan harap bisa bertahan didalam
latihan ini, atau di Satuan ini. Kesalahan sekecil appaun tidak akan
ditolerir, karena memang tugas mereka sangat berbahaya. Setiap anggota
Kopassus harus memiliki keahlian khusus seperti menjadi penerjun payung
handal (Combat Free Fall), penyelam, penembak mahir (sniper), Daki Serbu,
Komputer/perang elektrokika, perang psikologi, menguasai sedikitnya 2 bahasa
daerah bagi para tamtama dan bintara dan bahasa asing untuk para perwiranya.
Mereka diseleksi secara ketat, baik oleh Team Kes AD (Kesehatan), PSIAD
(Dinas Psikologi AD) dan Team Jas AD (Jasmani/Kesemaptaan). Proses seleksi
ini pada dasarnya berjalan terus menerus sampai dengan selesainya latihan,
seorang Pasis (Perwira Siswa) yang melakukan kesalahan pada hari terakhir
latihan, akan langsung dipecat, artinya tidak ada kompromi. Oleh
karenanyalah, LOYALITAS terhadap perintah atasan sangat penting dalam
organisasi ini.
PERLENGKAPAN
Kopassus merupakan tentara pilihan dan mereka tidak mentolerir kesalahan
dalam operasi sekecil apapun (Safety First), oleh karenanya perlengkapan
yang mereka pakai sangat jauh berbeda dengan tentara lainnya. Perlengakapan
mereka sangat canggih dan modern, misalnya saja untuk membaca peta, sudah
tidak menggunakan lagi Kompas Prisma, tapi GPS (Global Positioning System)
yang langsung berhubungan dengan Satelit; dengan hanya menekan satu tombol
saja, mereka akan mengetahui dengan tepat posisinya , jarak yang akan
ditempuh bila akan menuju ke koordinat tertentu.
Grup antiterornya menggunakan senapan H&K MP5 , yang merupakan standar
pasukan khusus terbaik di dunia seperti Green Berets, Delta Force, Navy
Seal, GSG 9
Jerman, SAS dll. Pistol yang dipakai Beretta 9 mm (.45), selain itu juga
berbagai macam kaliber lainnya seperti kaliber .22 (pistol kecil). Apabila
peralatan yang mereka pakai sudah saatnya diganti (menurut manual) maka akan
segera diganti. Hal ini sangat jauh berbeda dengan tentara lainnya yang
cenderung konvensional dan melakukan tambal sulam terhadap peralatannya.
Mereka punya peralatan terjun payung tercanggih untuk melakukan HALO (High
Altitude Low Opening) dan HAHO (High Altitude High Opening) yang memakai
masker oksigen dll. Penerjunan ini dilakukan setinggi mungkin, sekitar
10.000 feet dan kemudian dia akan melayang dan membuka payungnya serendah
mungkin guna menghindari radar lawan (agar tetap tampak seperti burung yang
melayang diudara di radar lawan).
Peralatan pendaratan pantai (memiliki LCR/Landing Craft Rubber/Perahu karet
dengan mesin yang hampir tanpa bunyi, yang digunakan untuk operasi
penyusupan dimalam hari), menyelam (dilatih seperti UDT, Underwater
Demolition Team US Navy,), team Daki Serbu ( yang baru saja menaklukkan
Himalaya dan dikenal di luar sebagai PPGAD/Persatuan Pendaki Gunung TNI AD).
Kehebatan Kopassus adalah mereka tidak segan-segan untuk meminta bantuan
pihak lain yang dianggap ekspert dibidangnya seperti PADI untuk menyelam,
AVES untuk terjun payung, Wanadri untuk naik gunung dll. yang dalam
perjalanannya kemudian akan mereka modifikasi sendiri untuk keperluan tempur
dan malahan menjadi lebih hebat.
Sebagai sebuah Satuan mereka memiliki Dinas Hub (Perhubungan) sendiri yang
sangat canggih dan memiliki sistem perhubungan portable yang mandiri dan
Satelite Mobile Phonet, Kes (Kesehatan) sendiri, Pal (Peralatan) sendiri
dengan persenjataan yang canggih, Bek (Perbekalan) sendiri, Ang (Angkutan)
sendiri, dengan mobil-mobil Hummer, mobil dipantai dll.
Bahkan mereka merencanakan untuk membeli helikopter sendiri dari Rusia
(namun gagal karena Krismon). Jadi pada prinsipnya mereka sangat mandiri,
termasuk memiliki sejumlah panser.
Kesimpulan & Keunggulan
1. 1 orang Kopassus dapat disetarakan dengan minimal 3 orang tentara biasa,
karena ybs dilatih dengan berbagai ketrampilan (komunikasi radio, menembak,
P3K dll). Di tentara biasa hal ini tidak dijumpai;
2. Kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi terhadap tugas;
3. Biaya pelatihan bagi seorang Kopasssus sangatlah mahal;
4. Peralatan yang canggih dan tepat guna;
5. Secara umum kesejahteraan anggota Kopassus lebih baik dibandingkan
tentara pada umumnya, terutama ketika dibawah Prabowo, karena ia sangat
memperhatikan hal ini. (misalnya bila ada lelangan mobil di Bimantara dll.,
maka mobil bekas tersebut akan segera di beli oleh Kopassus untuk dijual
murah kepada anggotanya /perwira);
6. Sangat jarang bagi mereka tinggal dirumah, selalu latihan dan operasi;
7. Mereka adalah tentara profesional yang tidak pernah ragu untuk mengambil
keputusan dalam membela negaranya dari bahaya
8. Sangat amat jarang ditemukan anggota Kopassus yang bekerja menjadi SATPAM
di industri-industri, sebagaimana sering ditemui terjadi pada tentara
lainnya. Karena relatif taraf ekonomi mereka lebih terjamin sehubungan
dengan adanya YAYASAN KOBAME (Korps Baret
Merah)
9. Cara-cara mereka beroperasi sangat profesional (dalam pengertian tentara
misalnya tehnik membunuh, kontra intelejen, agitasi, propaganda, perang
psikologi, penggalangan massa, menguasai berbagai macam type senjata).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar