Di ufuk timur, mentari menguning pertanda pagi kan tiba. Insan yang terlelap semalaman mulai terbangun satu demi satu untuk menggapai asa hari itu. Sepoi-sepoi angin di pagi hari terasa menyegarkan seluruh jiwa dan raga. Andai tiap insan menyadari akan nikmat pagi hari, niscara dia akan senantiasa bersyukur.
Seorang pria berumur sekitar empat puluhan segera bangun dan menunaikan sholat subuh berjamaah di masjid. Dengan penuh khidmat, dia mengikuti sang imam untuk melaksanakan sholat. Dan sesudah sholat dan do’a, dia pun pulang bersama teman-temannya dari masjid.
Setibanya di rumah, sekental kopi panas telah tersedia di meja menemani sepiring pisang goreng yang dibeli di pasar oleh istrinya. Ketika hidung menghirup aroma kopi, serasa hidup ini sungguh nikmat untuk disyukuri. SubhanAllah.
Tak lama setelah menghabiskan secangkir kopi dan sepotong pisang goreng, aktifitas pun segera dimulai.
Bismillah… doa yang senantiasa dia ucapkan ketika akan melaksanakan pekerjaan apapun.
Lima tahun yang lalu, keadaan pria itu tidaklah tampak seperti saat ini. Asal tahu saja, dia adalah seorang pemabuk, penjudi dan mantan germo kelas kakap. Astaghfirullah Hal Adziim…
Lantas, apa yang bisa membuatnya berubah?
Namanya sebut saja Gunawan. Seorang pria berperawakan gagah dan dianugerahi wajah yang cukup tampan. Tak salah bila banyak wanita yang tergila-gila dengannya. Hingga akhirnya, dia pun menemukan seorang wanita yang pantas untuk dinikahi.
Namun, Gunawan bukanlah tipe pria setia dan bahkan ketika putri ketiganya lahir, dengan tanpa mempedulikan perasaan istrinya, dia membawa pelacur-pelacur ke rumahnya. Maklum, waktu itu dia sibuk di bisnis pelacuran.
Sekuat apapun hati wanita, melihat suaminya membawa perempuan lain kerumah pasti tidaklah kuat. Inilah yang mengakibatkan istrinya terserang penyakit dag dig dug der alias jantungan. Dan sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit, namun suaminya tidak mempedulikan keadaan istrinya.
Ada satu hal yang patut dicontoh dari sang istri, meski sakit jiwa dan raganya, dengan setia dia tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Dari secangkir kopi dan sepiring pisang goreng di pagi hari senantiasa tampak di meja.
“Pak, mbokya kalau bawa perempuan jangan di bawa kerumah. Bila bapak mau menikahi perempuan itu, silahkan saja. Paling tidak, cukup dengan menjaga hati saya.”
“Ah,,, kamu… tau apa dengan urusanku. Mereka itu hanya anak buahku, ga minat aku menikahi mereka!!!”
Sudah sering peringatan demi peringatan sang istri yang tak digubris sama sekali oleh Gunawan. Namun, hal itu tidaklah membuat istrinya menyerah begitu saja. Malam demi malam, dari Shalat Hajat dan Tahajud selalu dilaksanakan dengan penuh kepasrahan pada Illahi. Berdo’a agar suaminya cepat sadar dan menjadi suami yang baik bagi keluarganya.
Sudah seringkali, saudara Gunawan mengingatkan untuk segera meninggalkan pekerjaannya sebagai Germo. Begitu pula saudara dari sang istri, menasehati saudaranya itu segera meninggalkan suaminya. Namun jawaban sederhana itu seakan selalu berkidung bila ditanya.
“Bila ikhlas hati kita, asa akan selalu hadir di dalam jiwa. Aku ingin mencapai surga dengan suamiku, InsyaAllah.”
Hingga pada akhirnya, Gunawan masuk penjara, penyebabnya adalah Narkoba. Padahal, saat itu hanya Gunawan lah yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Lantas, bagaimana sikap istrinya?
Dengan penuh kesabaran dan cinta, istrinya selalu menyambangi suaminya di penjara. Membawakan makanan, rokok atau apa saja yang disukai suaminya. Gunawan heran, darimana istrinya bisa mendapatkan uang? Dan, mengapa hingga dia masuk penjara, istrinya tetap setia dengannya? Gunawan sangat bingung dengan situasi saat itu.
“Yan, bagaimana kamu bisa mendapatkan uang? Bukankah aku sudah berhenti menafkahi kamu?”
“Bapak sabar saja ya, InsyaAllah uang yang aku dapat ini halal.”
“Tapi bolehkah aku tahu, darimana uang itu?”, tanya Gunawan.”
“Sejak kita menikah, aku selalu menabung dari jerih payahku sebagai penjual baju-baju muslim dan sajadah. Bapak tenang saja.”
Sepeninggal kunjungan istrinya, Gunawan tampak melamun. Selama ini dia sudah menyakiti hati istri dan anak-anaknya. Namun tak satu pun sikap mereka memusuhinya. Gunawan menangis, menyesali akan perbuatannya selama ini.
Sejak itu, sikap Gunawan berubah drastis 180 derajat. Sholat mulai dilaksanakan, puasa sunnah hingga sholat malam pun selalu dikerjakan tanpa absen sama sekali.
- Tahukah kalian, dunia ini adalah hiasan dan perhiasan yang paling indah & berharga adalah istri Shalihah. (H.R. Muslim)
Semoga kita dapat mengambil hikmahnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar