Melukis kasihmu,
Bagaikan mengukir diatas luasnya permadani langit . . .
Tertuang dari hati . . .
Indah menyentuh nurani,ialah sentuh kasihmu,
Wahai Bunda . . .
Sosokmu yang tenang, Tegas dan Bijak,
mengantarkan jiwa memahami nafas waktu . . .
Ia yang tak lelah mendekap luka,
Disaat tak kutemukan jiwa yg mengerti tangisku . . .
Ia yang tak lelah melangkah,
Demi setitik nikmat yang mampu kemilaukan senyumku . . .
Ia yang memahami lelahku,
mendekap jiwa dengan senyumnya,damaikan jiwa dalam kasihnya . . .
Ia yang memahami kemampuanku,
Percaya akan hadirnya bahagia ketika tiada kata menyerah hiasi Asaku . . .
Bunda . . .
Kubingkai rasaku indah ketika aku memandang senyummu,
Kuraih bahagiaku . . .
Sirnalah sepiku disaat senyummu ada disini,
Temani aku walau tak menyentuhku . . .
Mengertilah wahai hati . . .
Engkau begitu jauh,
Namun Lafasku menyentuhmu indah . . .
Seakan kurasa lambaian kasihmu menyentuh sepiku,
Hadir disini temani aku mengukir waktu . . .
Penantian waktu mengantarkan aku memahami Amanahmu,
Tersenyumlah Wahai Bundaku . . .
Langkah ini berirama namamu,
Nafas ini berlafaskan Kasihmu . . .
Ya Tuhan,
Izinkan Hamba melukis senyum Nyata untuknya . . .
Bahagiakan ia disisa nafasnya,
Yang masih engkau anugrahkan untukku . . .
Untuk Engkau yang telah tersenyum memandangku,
Bahagialah Engkau dalam dekap-Nya . . .
Untaian kasih adalah irama syurga yang menyentuh engkau,
Wahai Bundaku . . .
Disini . . .
Ananda bahagia merangkai untaian rindu untuk Senyum indahmu . . .
Disini . . .
Ananda bahagia mengenang engkau,
Muliakan tiap tetes jiwa yang mengalir indah untukku . . .
Disini . . .
Ananda Tersenyum untuk Senyummu . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar