Welcome to blog Angga Ardinata

Kamis, 01 Maret 2012

BAGAIMANA MERASA BAHAGIA?

Meneladani teladan nabi yang saya dapatkan selama mengikuti tausiyah dimesjid saat peringatan maulud nabi bisa mendatangkan kebahagiaan. Rasa bahagia, rasa suka cita dan gembira adalah perasaan yang sama yang selalu diharapkan oleh segenap manusia dimuka bumi. Lalu bagaimanakah mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat?
Semua orang ingin mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Semua orang tak terkecuali kita. Orang muskin ingin bahagia. Orang kaya ingin bahagia. Orang miskin mengira jika jadi kaya akan bahagia. Kadang orang kaya bermimpi jadi orang kaya untuk menghilangkan kesusahan harta dunia. Mereka saling mengira-ngira siapa yang kaya. Karena diri selalu merasa susah. Dan sebanyak 90% dari perasaan manusia dimuka bumi merasakan yang namanya susah.
Lalu bagaimana mendapatkan kebahagiaan. Berikut akan saya uraikan sesuai yang saya dengar dari pengajian kemarin siang. Mudah-mudahan masih teringat. Karena kondisi yang bisa saja membuat saya lupa. Saya waktu itu duduk di luar karena kesiangan. Dan diluar tahu sendiri banyak tukang jajanan dan pedagang. Otomatis anak-anak berkumpul disini. Tertawa, menangis sepuasnya. Mereka sepertinya bahagia. Apakah bahagia seperti anak-anak yang dimaksud?
Ibu, mau bahagia? Pa. Mau bahagia? Ada caranya. Kali ini ustad dayat sangat interaktif. Menskipun waktu itu mendung dan gerimis mulai memaksa anak-anak kembali ke dalam mesjid.
Tentu semua ingin bahagia.
  1. Meningkatkan keyakinan pada yang Maha Pemberi Kebahagiaan.
Hidup di dunia ini tidak sendirian, bu! Pak! Kita hidup berdampingan. Tidak hanya dilingkungan kita yang satu rt, tapi juga di seluruh dunia. Begitu banyak manusia di muka bumi. Ada orang amerika, afrika, indonesia, muslim, non muslim, tua dan muda semua akan diberi rezeki oleh Alloh s.w.t. selalu meningkatkan keyakinan akan yang Maha Pemberi Kebahagiaan. Dalam setiap do’a sehabis shalat pun kita memohon pada-Nya agar selamat bahagia dunia dan akhirat.
Yakin Alloh yang maha memiliki masa depan kita sehingga kita tidak terlalu khawatir, berkeluh kesah dan memikirkan dengan gelisah suatu masa depan yang sama sekali kita tidak punya kemampuan atasnya.
  1. Adalah dengan meneladai meneladai Nabi Muhammad s.a.w.
Agar diri ini selalu dilingkup rasa bahagia. Maka perhatikan empat sipat terpuji nabi. Syidik, Tabligh, Amanah dan syidik.
Sekarang akan dijelaskan mengenai keempat sifat tersebut agar kita bisa merasakan bahagia.
  1. Syidik. Berlaku benar. Agar mendapat kebahagiaan kita harus benar. Berdagang dengan cara yang benar. Belajar dengan cara yang benar. Bekerja dengan cara yang benar. Karena kadang kala kita ingin mendapatkan untung dengan cara yang tidak benar. Bagaimana kita akan merasa bahagia jika kita tidak berlaku benar. Yang ada merasa keluh kesah dan gelisah akan perbuatan yang telah kita lakukan.
Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan benar tentu hasilnya akan baik. Lalu apa itu benar. Benar beda dengan bentul. 1 ditambah 1 sama dengan dua itu betul tapi bukan arti dari benar. Benar itu adalah singkron antara lahir dan bathin. Singkron sama antara yang diucapkan dengan yang dilakukan. Singkron antara yang diucapkan dengan yang dihati. Singkron antara lahir dan bathi.
Berwirausahalah dengan cara yang benar. Berusahalah dengan cara yang benar.
  1. Tabligh. Menyampaikan.
Saya tidak bisa berpidatao? Menyampaikan disini bukan hanya sekedar berpidato. Tapi menyampaikan yang kita bisa. Jika kita tidak bisa menyampaikan pada orang lain melalui lisan atau tulisan. Maka sampaikan lah pda diri sendiri. Sampaikanlah dariku walau se ayat. Sampaikanlah pada diri sendiri bahwa perbuatan ini salah. Kita tahu ini salah maka jauhilah. Kita tahu ini benar maka lakukanlah. Sampaikanlah walau seayat.
  1. Amanah. Terpercaya.
Seseorang yang benar, seseorang yang tablih maka akan terpercaya. Seseorang yang tidak benar. Seseoran yang tidak tablih maka tidak akan terpercaya. Kepercyaan sangt mahal harganya. Seseorang yang sudah dicabut rasa kepercayaannya susah mndapat modal dari persahaan apabila ia ingin bekerja.
  1. Adalah fatonah, cerdas artinya.
Cerdas bukan berarti pinter. Karena jika pinter banyak yang kebelinger. Pinter tapi bisa berbuat kerusakan. Yang kita inginkah adalah cerdas. Dengan kecerdasannya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang benar dan mana yang salah.
Sifat keempat nabi ini bisa kita ambil di dalam kehidupan pendidikan kita, usaha kita dan dalam kehidupan sehari-hari kita. Hanya sekian yang bisa saya dengar. Mudah-mudahan ada pihak yang bisa kembaki mengoreksi, agar yang keliru dapat diperbaiki. Semoga bermanfaat dan mari kita bersholawat atas nabi besar muhammad s.aw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar