Welcome to blog Angga Ardinata

Kamis, 01 Maret 2012

:::TUKANG PAYUNG YANG HOBBY ADZAN:::

Tahukah kami setiap menjelang adzan dhuhur dan asyar ada seorang pedagang payung yg sangat saya kagumi. Sebetulnya saya tidak tahu bagaimana wajahnya, atau usianya. Ibu yang lebih tahu. Kata ibu usianya sudah tidak muda lagi. Sekitar usia opa-opah.
Tahu apa yg ia lakukan disela-sela pekerjaannya sebagi penjual payung dan refarasi payung keliling. Yg notabene bukan orang lingkungan kami. Dia penjual keliling dari kecamatan sebelah. Tahu apa yg ia lakukan? Ini sangat mengagumkan.
Ia mengaji dan bersholawat di mesjid-mesjid kami sebelum adzan dikumandangkannya. Kegiatan ini tidak hanya sekali dua kali. Tapi rutin setiap ia datang ke kampung kami untuk berjualan payung dan sesampainya dimesjid jika waktu sudah menandakan sebentar lagi waktu adzan ia buru-buru ke mesjid dan bersholawat.
Dengarlah suara muratal quran yg dibacakannya lewat pengeras suara. Tidak terbata-bata dan tidak belepotan. Semua lancar dan enak didengar. Shalawanya pun masya Alloh tida duanya.
Ditengah-tengah kesibukannya sebagai penjual payung dan refarasi keliling, tiada yg menyangka ia akan berlaku demikian. Terpuji. Tak ada bayaran. Tak ada imbalan maupun penghargaan dari kami masyrakat. Tapi bagi saya dengan menuliskannya mudah-mudahan menjadi jalan penghargaan buat beliau.
Berbeda dengan kita yg punya pekerjaan layak dan bagus, dengan gaji tinggi dan dapat dipastikan tiap bulan atau tiap hari uang langsung ada diamplop, saku atau rekening. Ia datang dengan keikhlasan. Terkadang kita lupa apa tujuan hidup sebenarnya. Kita merasa perlu mempertahankan dan memperjuangkan harkat dan derajat kita dimasayarakat dengan bekerja dan sukses. Dengan niat ingin mandiri. Dan tidak melakukan perbuatan tercela seperti mencuri.
Yang kita pikir dengan sedekah, infak dan zakat akan membersihkan harta-harta kita.
Saya malahan merasa malu karena dimana saat banyak sekali waktu luang saya tidak menyempatkan diri berlaku demikian. Malah selalu beranggapan masih ada orang lain yg akan melakukannya. Meski memang benar selalu ada yg melakukannya lebih baik, adzan, mengaji dan bersholawat dan berjamaah diantaranya para santri.
Ya. Terkadang kita selalu menyerahkan segala urusan keagamaan pada santri-santri dan orang shalih itu. Padahal kita ini muslim juga. Bersegera mensholatkan mayit juga kewajiban orang muslim, bersedekah juga, berzakat juga apalagi berpuasa (rukun islam lainnya).
Dari sini penulis mempunyai ide untuk menuliskan segala hal berbau kebajikan orang yg tak tampak dan diperhatikan. Bisa menambah motivasi dan daya pandang kita. Merenungkan sesuatu malah membuat kita empati. Merenungkan sesuatu malah membuat kita bisa menyambungkan antara perkara satu dengan yg lainnya.
Hidup memang penuh perjuangan. Tapi mencari ridho Alloh juga harus diperjuangkan. Ingin naik gaji kita harus bekerja keras. Masa ingin masuk surga kita tidak berlaku demikian.
Segalanya kita serahkan pada yang Maha Rahman dan Maha Rahiim karena tidak ada yg bisa merubah ketentuannya jika Alloh sudag menetukan. Kun fayakun! Terjadilah maka jadilah ia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar