Welcome to blog Angga Ardinata

Kamis, 01 Maret 2012

:::PENGORBANAN SEORANG MAMA:::


A Song for Mama
“You taught me everything, and everything you’vegiven me You’re the driving force in my life You were there for to me love and care for me.When skies were grey, whenever I was down, You always there to comfort me... Mama you know I love you... Mama you’re the queen of my heart.”

        Mamaku Cuma punya satu mata. Aku sangat membencinya... Bagaimana tidak,keadaannya itu membuatku sangat malu. Mamaku membuka sebuah kios kecil di pasar untuk menghidupi kami. Papa sudah tiada. Mama mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual sebagai penyambung hidup. Aku teringat saat masih duduk di Sekolah Dasar, suatu hari, mama datang ke sekolahku. Ooh, aku sangat malu. Teganya dia melakukan itu kepadaku!! Aku memandangnya dengan tatapan penuh kebencian dan pergi meninggalkannya sebelum ia sempat berbicara kepadaku. Benar saja, keesokan harinya di sekolah, teman-temanku mengejekku sebagai anak si mata satu. Hatiku makin membara oleh kebencian kepada Mama.
        Aku berharap Mamaku hilang dari dunia ini. Sampai suatu hari, aku berkata kepada Mama, “Ma, kenapa Mama hanya punya mata satu? Hal itu membuatku jadi bahan tertawaan di sekolah. Mengapa Mama tidak mampus saja?” saat itu, Mamaku tidak bereaksi apapun. Ia hanya diam membisu. Di satu sisi, hatiku tidak enak berbicara sekeras itu. Namun di sisi lain, aku lega telah mengungkapkan perasaanku kepadanya selama ini. Namun aku tidak sadar, bawa jauh di lubuk hatinya, ia sangat-sangat terluka.
        Malam itu aku terbangun dari tidurku, lalu aku berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Di pojok kegelapan, tampak Mamaku sedang menangis tertahan, mungkin dia takut membangunkan aku. Air matanya mengalir deras. Aku hanya memandangnya datar, lalu balik ke kamar meneruskan tidurku. Namun mengingat kata-kataku yang kasar tadi, hatiku terusik oleh perasaan bersalah. Meski begitu, aku tetap benci melihatnya menangis dengan mata satu-satunya itu. Maka, aku bertekad untuk menjadi orang sukses dan melepaskan diri dari si mata satu yang selalu menjadi beban hidupku ini.
       Aku belajar sangat keras. Ketika kesempatan itu tiba, dengan bulat aku meninggalkan Mama dan pergi ke Seoul untuk melanjutkan study di Seoul University. Setelah lulus, aku menikah. Kemudian aku memebeli rumahku sendiri. Kebahagianku semakin lengkap dengan lahirnya anak-anakku. Sekarang aku hidup bahagia sebagai pria sukses. Alu suka posisiku sekarang, karena bisa hidup nyaman tanpa teringat Mamaku.
        Kebahagianku semakin besar, sampai suatu hari, bagai di sambar petir, seorang perempuan renta datang mencariku. Orang itu Mamaku. Masih dengan mata satunya. Saat itu langit serasa runtuh. Gadis kecilku lari masuk ke rumah sambil menangis ketaakutan. Ya, takut melihat mata Mamaku.
        Dan aku menghardiknya, “Siapa kamu??!! Aku tidak kenal kamu!” nampaknya aku berhasil mendramatisir keadaan sehingga orang rumah percaya bahwa aku benar-benar tak mengenalnya. “Berani-beraninya kamu ke sini dan menakut-nakuti anakku! KELUAR DARI RUMAHKU INI SEKARANG JUGA!” mendengar bentakanku, Mama hanya berbisik pelan, “Oh maaf, saya kira saya salah alamat.” Dan ia pun menghilanglah. Syukurlah, ia pasti tidak mengenali aku tadi. Lega sekali. Aku memutuskan untuk tidak memperdulikan dia lagi seumur hidupku.
        Namun suatu pagi, datanglah sepucuk surat undangan reuni sekolah ke rumahku. Demi hadir ke reuni, aku berbohong kepada istriku dengan alasan aku pergi untuk tugas kantor. Seusai reuni sekolah, aku menyempatkan diri mampir ke sebuah gubuk, bekas rumahku, di dorong rasa ingin tahu saja, bagaimana kondisinya kini. Ketika memasuki rumah, aku melihat tubuh renta Mamaku jatuh telungkup tak bernyawa di lantai yang dingin. Melihat itu, tak ada rasa iba sama sekali di hatiku. Aku tidak menangis. Tangannya memegang sebuah surat... yang ternyata ditujukan untukku.
        Dalam surat itu tertulis: “Anakku sayang Mama rasa hidupku sudah cukup panjang. Dan aku takkan mengunjungi Seoul lagi. Tetapi apakah terlalu merepotkan jika aku memohon kamu untuk mengunjungiku walau sekali saja? Aku sangat rindu kepadamu, anakku satu-satunya. Dan aku sangat senang mendengar sekolahmu dulu akan mengadakan reuni, dan mendengar engkau akan datang. Tapi aku putuskan untuk tidak mencarimu di sekolah... DEMI ENGKAU... maafkan aku soal mataku yang satu ini karena selama ini kamu malu dengan keadaan Mamamu ini. Kamu tahu, saat kamu masih kecil, kamu mengalami kecelakaan, dan kehilangan satu matamu. Sebagai ibu, aku tidak tahan melihatmu bertumbuh besar hanya dengan satu mata. Jadi, kuberikan saja satu mataku yang sehat untukmu. Aku selalu bangga denganmu, anakku, karena kamu bisa melihat keindahan dunia dengan dua mata yang sehat, dengan satu mataku. Anakku, aku tidak pernah marah atas segala perlakuanmu kepadaku. Di saat engkau begitu marah kepadaku, aku selalu meyakinkan diriku sendiri, bahwa kamu melakukan itu karena kamu menyayangiku. Aku sangat kehilangan waktu berharga saat kamu masih sangat kecil dan masih menyayangimu sampai saat ini. Aku sangat rindu padamu. Aku menyayangimu. Kamulah segala-galanya di hidupku.                                                               Peluk Cium, MAMA.
        Duniaku serasa runtuh!! Sambil mengguncang-guncangkan tubuh kaku Mamaku aku meratapi seorang yang penuh cinta dan mau berkorban bagiku... MAMAKU.
      “Seorang ibu mengasihi anak-anaknya, meski mereka tidak layak dikasihi.” Seorang ibu bagaikan sebuh bank tempat kita menaruh semua luka dan kekuatiran kita. Di balik tubuhnya yang lemah, tersimpan kekuatan terbesar yang pernah ada. Kekuatan yang memberi dampak besar bagi kehidupan kita.
        Tak ada Mama yang sempurna dalam dunia ini. Yang ada, hanyalah Mama yang berusaha mengasihi anaak-anaknya dengan cara sederhana, yang ia mengerti berdasarkan pengalaman hidupnya di masa lalu. Ia tetap memberi meski di salah mengerti. Tetap mendoakan meski ia tak didoakan. Memberkati meski ia tak dianggap. Mengasuh meski sangat kelelahan.
        Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari. Ketika waktu masih bergulir, saat dia masih hidup, bahagiakanlah Mama. Percuma berbuat baik kepada orang yang sudah mati, sebab mereka takkan bisa merasakannya. Bahagiakan Mama, karena dengan demikian hidupmu akan diberkati.
        Jika engkau adalah seorang Mama, jadilah Mama yang terbaik bagi anak-anakmu. Jika Engkau sedang tersesat jalan, kembalilah ke jalan yang lurus. Kenbalilah kepada Kasih seputih salju yang tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar